Seorang filsuf muslim yang dianggap
mampu memadukan dua tradisi Yunani dan Islam dan juga ahli dalam filsafat
Romawi, India, Arab dan Persia, beliau adalah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn
Ya’qub Ibn Miskawaih yang lebih dikenali sebagai Ibn Miskawaih. Beliau di
lahirkan di Ray (Teheran, Iran) pada 330 H/942 M dan wafat pada 421 H/1030 M di
Asfahan. Beliau hidup di zaman pemerintahan Dinasti Buwaihiyah (320-450
H/932-1062 M) yang mana pembesarnya bermazhab Syi’ah. Beliau adalah seorang
keturunan Persia, yang konon dulu keluarganya beragama Majusi kemudian pindah
ke dalam Islam.
Beliau mendapatkan gelar “Al-Muallim
As-Tsalis” (guru ketiga) setelah Aristoteles dan Al-Farobi dan jufa sebagai
Bapa Etika Islam. Beliau merupakan seorang ilmuwan hebat, bahkan ia juga
dikenal sebagai seorang filsuf, penyair, dan sejarawan yang sangat terkenal.
Beliau sangat menyenangi sejarah dan filsafat. Sejak masih muda, beliau
mempelajarinya dengan tekun serta pernah menjadi pustakawan Ibnu Al-Amid tempat
di mana beliau menuntut ilmu dan memperoleh banyak hal positif berkat
pergaulannya dengan kaum elit.
Ketika berhijrah ke Baghdad, beliau
mengabdi kepada Al-Mahalbi AL-Hasan Bin Muhammad Al-Azdi (menteri Mu’izz
Al-Dawlah Bin Buwaih) pada tahun 348 H sebagai sekretaris pribadinya.
Sepeninggal Menteri Al-Mahallabi, beliau kembali ke Ray yang kemudian mengabdi
pada menteri Ibn Al-Amid sebagai kepala perpustakaan sekaligus sekretaris
pribadinya sampai sang menteri wafat tahun 360 H. Namun, sepeninggal sang
menteri Ibn Al-Amid, putranya yang juga
seorang menteri bernama Abu Al-Fath Ali Ibn Muhammad Ibn Al-Amid
memenjarakannya pada tahun 366 H. Tetapi keberuntungan membawanya bertemu
dengan menteri Adlud Al-Dawlah Ibn Buwaih yang menjadikannya kepala perpustakaan
dan sekaligus sekretaris pribadinya. Kariernya terus menanjak dari satu menteri
ke menteri yang lain dan kepada beberapa pangeran serta keluarga raja di
lingkungan pemerintahan Bani Buwaih.
Ibn Miskawaih juga seorang yang
aktif dalam dunia politik di era kekuasaan Dinasti Buwaih, di Baghdad. Beliau
meninggalkan Ray menuju Baghdad dan mengabdi kepada Istana Pangeran Buwaih
sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan lain. Beliau mengkombinasikan karier
politik dengan peraturan filsafat yang penting. Beliau tak hanya mengabdi di
Buwaih, tetapi juga di Isfahan dan Ray.
Beliau lebih dikenal sebagai filsuf
akhlak (etika) walaupun perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti
kedokteran, bahasa, sastra dan sejarah. Bahkan dalam literature filsafat Islam,
tampaknya hanya Ibnu Miskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak.
Beliau juga merupakan anggota kelompok intelektual terkenal seperti At-Tauhidi
dan As-Sijistani. Beliau telah merumuskan dasar-dasar etika didalam kitabnya
Tahdzib Al-Akhlaq wa Tathir Al-A’raq (pendidikan budi dan pembersihan akhlak).
Manakala sumber filsafat etikanya berasal dari filsafat Yunani, peradaban
Persia, ajaran Syariat Islam dan pengalaman pribadi.
Latar belakang pendidikannya tidak
diketahui secara detail, cuma sebagian antara lain terkenal mempelajari sejarah
dari Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil Al-Qadhi, mempelajari filsafat dari Ibn
Al-Akhmar dan mempelajari Kimia dari Abi Thayyib. Dalam bidang pekerjaan,
beliau adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan dan pendidik anak para
pemuka Dinasti Buwaihiyyah. Beliau juga dikenal sebagai dokter, penyair dan
ahli bahasa.
Konsep pemikiran pendidikan Ibn
Miskawaih adalah manusia dan akhlak. Konsep manusia adalahdaya bernafsu
(an-nafs al-bahimmiyat) sebagai daya terendah, daya berani (an-nafs
as-sabu’iyyat) sebagai daya pertengahan, daya berpikir (an-nafs an-nathiqat)
sebagai daya tertinggi. Pemikirannya dalam bidang akhlak termasuk salah satu
yang mendasari konsepnya dalam bidang pendidikan. Konsep akhlak yang
ditawarkannya berdasarkan doktrin jalan tengah.
Jumlah buku dan artikel yang
berhasil ditulis oleh beliau ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari
kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al-akhlak), diantara karyanya adalah:
a)
Al-Fawz al-’Akbar, Al-Fawz al-Ashghar (tentang metafisika: ketuhanan, jiwa, dan kenabian)
b)
Tartib al-Sa’adah (tentang etika
dan politik)
c)
Kitab Adab al-’Arab wa al-’Ajam (tentang etika)
d)
Al-Hikmah al-Khalidah (tentang etika
praksis)
e)
Maqalat fi al-Nafs wa al-’Aql (tentang jiwa dan akal)
f)
Risalah fi al-’Adalah (tentang
keadilan)
g)
Al-Mustawfi (tentang
sastra)
h)
Al-Jami, Al-Asyribah, Al-Adwiyah (tentang kedokteran),
i)
dll.
Sumber
Nasution,
Hasyimsyah, Dr., M.A., Filsafat Islam, Jakarta: GMP, 1999.
Shubhi,
Ahmad Mahmud, Dr., Filsafat Etika, Jakarta: Serambi, 2001.
http://serunaihati.blogspot.co.id/2012/10/biografi-ibnu-miskawaih-pendiri.html
No comments:
Post a Comment