Sunday, 17 January 2016

Ibn Miskawaih (Tugas Filsafat Akhlak III)

             Seorang filsuf muslim yang dianggap mampu memadukan dua tradisi Yunani dan Islam dan juga ahli dalam filsafat Romawi, India, Arab dan Persia, beliau adalah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawaih yang lebih dikenali sebagai Ibn Miskawaih. Beliau di lahirkan di Ray (Teheran, Iran) pada 330 H/942 M dan wafat pada 421 H/1030 M di Asfahan. Beliau hidup di zaman pemerintahan Dinasti Buwaihiyah (320-450 H/932-1062 M) yang mana pembesarnya bermazhab Syi’ah. Beliau adalah seorang keturunan Persia, yang konon dulu keluarganya beragama Majusi kemudian pindah ke dalam Islam.

            Beliau mendapatkan gelar “Al-Muallim As-Tsalis” (guru ketiga) setelah Aristoteles dan Al-Farobi dan jufa sebagai Bapa Etika Islam. Beliau merupakan seorang ilmuwan hebat, bahkan ia juga dikenal sebagai seorang filsuf, penyair, dan sejarawan yang sangat terkenal. Beliau sangat menyenangi sejarah dan filsafat. Sejak masih muda, beliau mempelajarinya dengan tekun serta pernah menjadi pustakawan Ibnu Al-Amid tempat di mana beliau menuntut ilmu dan memperoleh banyak hal positif berkat pergaulannya dengan kaum elit.

            Ketika berhijrah ke Baghdad, beliau mengabdi kepada Al-Mahalbi AL-Hasan Bin Muhammad Al-Azdi (menteri Mu’izz Al-Dawlah Bin Buwaih) pada tahun 348 H sebagai sekretaris pribadinya. Sepeninggal Menteri Al-Mahallabi, beliau kembali ke Ray yang kemudian mengabdi pada menteri Ibn Al-Amid sebagai kepala perpustakaan sekaligus sekretaris pribadinya sampai sang menteri wafat tahun 360 H. Namun, sepeninggal sang menteri Ibn Al-Amid,  putranya yang juga seorang menteri bernama Abu Al-Fath Ali Ibn Muhammad Ibn Al-Amid memenjarakannya pada tahun 366 H. Tetapi keberuntungan membawanya bertemu dengan menteri Adlud Al-Dawlah Ibn Buwaih yang menjadikannya kepala perpustakaan dan sekaligus sekretaris pribadinya. Kariernya terus menanjak dari satu menteri ke menteri yang lain dan kepada beberapa pangeran serta keluarga raja di lingkungan pemerintahan Bani Buwaih.

            Ibn Miskawaih juga seorang yang aktif dalam dunia politik di era kekuasaan Dinasti Buwaih, di Baghdad. Beliau meninggalkan Ray menuju Baghdad dan mengabdi kepada Istana Pangeran Buwaih sebagai bendaharawan dan beberapa jabatan lain. Beliau mengkombinasikan karier politik dengan peraturan filsafat yang penting. Beliau tak hanya mengabdi di Buwaih, tetapi juga di Isfahan dan Ray.

            Beliau lebih dikenal sebagai filsuf akhlak (etika) walaupun perhatiannya luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra dan sejarah. Bahkan dalam literature filsafat Islam, tampaknya hanya Ibnu Miskawaih inilah satu-satunya tokoh filsafat akhlak. Beliau juga merupakan anggota kelompok intelektual terkenal seperti At-Tauhidi dan As-Sijistani. Beliau telah merumuskan dasar-dasar etika didalam kitabnya Tahdzib Al-Akhlaq wa Tathir Al-A’raq (pendidikan budi dan pembersihan akhlak). Manakala sumber filsafat etikanya berasal dari filsafat Yunani, peradaban Persia, ajaran Syariat Islam dan pengalaman pribadi.

            Latar belakang pendidikannya tidak diketahui secara detail, cuma sebagian antara lain terkenal mempelajari sejarah dari Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil Al-Qadhi, mempelajari filsafat dari Ibn Al-Akhmar dan mempelajari Kimia dari Abi Thayyib. Dalam bidang pekerjaan, beliau adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan dan pendidik anak para pemuka Dinasti Buwaihiyyah. Beliau juga dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa.

            Konsep pemikiran pendidikan Ibn Miskawaih adalah manusia dan akhlak. Konsep manusia adalahdaya bernafsu (an-nafs al-bahimmiyat) sebagai daya terendah, daya berani (an-nafs as-sabu’iyyat) sebagai daya pertengahan, daya berpikir (an-nafs an-nathiqat) sebagai daya tertinggi. Pemikirannya dalam bidang akhlak termasuk salah satu yang mendasari konsepnya dalam bidang pendidikan. Konsep akhlak yang ditawarkannya berdasarkan doktrin jalan tengah.

            Jumlah buku dan artikel yang berhasil ditulis oleh beliau ada 41 buah. Semua karyanya tidak luput dari kepentingan pendidikan akhlak (tahzib al-akhlak), diantara karyanya adalah:
a)     Al-Fawz al-’Akbar, Al-Fawz al-Ashghar (tentang metafisika: ketuhanan, jiwa, dan kenabian)
b)    Tartib al-Sa’adah (tentang etika dan politik)
c)     Kitab Adab al-’Arab wa al-’Ajam (tentang etika)
d)    Al-Hikmah al-Khalidah (tentang etika praksis)
e)     Maqalat fi al-Nafs wa al-’Aql (tentang jiwa dan akal)
f)     Risalah fi al-’Adalah (tentang keadilan)
g)    Al-Mustawfi (tentang sastra)
h)    Al-Jami, Al-Asyribah, Al-Adwiyah (tentang kedokteran),
i)      dll.



Sumber



Nasution, Hasyimsyah, Dr., M.A., Filsafat Islam, Jakarta: GMP, 1999.

Shubhi, Ahmad Mahmud, Dr., Filsafat Etika, Jakarta: Serambi, 2001.

http://serunaihati.blogspot.co.id/2012/10/biografi-ibnu-miskawaih-pendiri.html

No comments:

Post a Comment