Sunday, 23 October 2016

Bencana menurut pandangan Islam


Pendahuluan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.[1]

Bencana-bencana ini dapat dikategorikan kepada 3 bagian, bencana alam, bencana non-alam dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Manakala bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.[2]

Setiap bencana yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. Sesungguhnya Allah menurunkan bencana kepada manusia atas sebab-sebab tertentu. Ada bencana yang diturunkan kepada orang yang beriman maupun kepada orang yang kufur. Tetapi orang-orang yang beriman akan diberikan petunjuk, seperti yang disebutkan dalam Surat At Taghabun ayat 11

(Ayat Qur’an)
" Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. "

Ada beberapa sebab bencana diturunkan oleh Allah SWT menurut pandangan Islam.
1.     Bencana merupakan adzab dari Allah bagi para penentang Rasul-Rasul terdahulu, atau sebagai cobaan bagi orang beriman untuk menghapus dosa-dosanya
2.     Bencana sebagai cobaan bagi mukmin
3.     Musibah sebagai peringatan agar kembali kepada kebenaran
4.     Bencana alam disebabkan oleh "perbuatan tangan mereka sendiri"


Pembahasan

Bencana merupakan adzab dari Allah bagi para penentang Rasul-Rasul terdahulu, atau sebagai cobaan bagi orang beriman untuk menghapus dosa-dosanya

فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُون َ(العنكبوت :40)
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Al-‘Ankabut/29:40)

Pada ayat diatas kita dapat mengetahui bagaiman Allah membinasakan umat–umat yang terdahulu yang membangkang maupun mendustakan para rasulnya .Ditambah lagi ayat–ayat Al-Quran yang bercerita tentang kisah masa lalu tentang bagaimana Allah menghukum kaum-kaum yang berdusta. Ayat diatas merupakan paparan berbagai macam azab yang pernah Allah diturunkan kepada kaum yang mendzolimi diri mereka sendiri dan diantaranya adalah:
1.     Angin yang sangat kencang dan membawa batu yang didatangkan kepada kaum ‘Ad. Mereka yakni yang menentang nabi  Hud, dijelaskan dalam ayat lain yang menjelaskan siksaan tersebut yang berbunyi :
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَة  سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍٍ فَهَلْ تَرَىٰ لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ .(الحاقة 6-8)
Sedangkan kaum ‘Ad mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seseorang pun yang masih tersisa diantara mereka?. (Al-Haqqah/69:6–8).
2.     Suara mengguntur yang memecahkan anak telinga . Siksaan ini diturunkan kepada kaum samud dimana mereka membangkang dan tidak mau beriman kepada Nabi Shaleh tiba-tiba mereka dipingsankan lalu mati oleh kejutan suara yang mengguntur yang dahsyat sekali.
فاما الثمود فاهلكوا بالطاغية .(الحاقة :5).
Maka adapun kaum samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat keras.
(Al-Haqqah :5)
3.     Adapun azab Allah tentang ditelannya seseorang ke dalam bumi yaitu dalam kisah karun, seorang hartawan. Yang pada mulanya seorang yang berimna dan patuh pada Musa. Kemudian setelah kaya, ia menjadi sombong dan durhaka. Ia berbuat melampaui batas tidak mau membayar zakat karena kecongkaan inilah Allah menyiksannya.
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ الَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ
Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
4.     Ditenggelamkan di dalam air inilah siksaan bagi kaum Nabi Nuh beserta hartanya. Selain umat Nabi Nuh, firaun beserta bala tentara juga tenggelam dilaut merah balasan atas kesombongan dan siksaan yang meraka lakukan terhadap Musa dan pengikutnya.
وَنُوحًا إِذْ نَادَىٰ مِنْ قَبْلُ فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَنَجَّيْنَاهُ وَأَهْلَهُ مِنَ الْكَرْبِ الْعَظِيمِ
Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo`a, dan Kami memperkenankan do`anya, lalu Kami selamatkan dia beserta pengikutnya dari bencana yang besar.

وَنَصَرْنَاهُ مِنَ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚإِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمَ سَوْءٍ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ
Dan Kami telah menolongnya dari kaum yang telah mendustakan ayat-ayat Kami Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat, maka Kami tenggelamkan mereka semuanya.
Semua permisalan dari ayat diatas adalah balasan yang setimpal  atas kesalahan yang mereka perbuat, bukan kezaliman dari Allah. Dia tidak menyiksa seseorang melainkan yang mengerjakan perbuatan yang tercela. [3]

            Beberapa kejadian bencana besar telah berlaku pada zaman-zaman nabi-nabi dan rasul-rasul kita yang mana sampai disebutkan didalam Al-Quran Al-Karim. Kejadian-kejadian ini disebutkan untuk menjadi pelajaran buat umat manusia dan peringatan buat manusia yang ingkar. Bencana yang diturunkan Allah itu merupakan azab awal yang ditunjukkan oleh Allah di muka bumi ini. Tiidak dapat kita bayangkan bagaimana azab Allah di akhirat kelak sedangkan yang begini saja sudah terlalu luar biasa buat manusia. Adanya bencana ini salah satunya adalah untuk menguji keimanan orang-orang mu’min serta menghapuskan dosa-dosa mereka. Ketika mereka diuji dan mampu menghadapi ujian itu dengan baik maka dosa-dosanya akan terampuni.


Bencana sebagai cobaan bagi mukmin

(Ayat Qur’an)
Demi sesungguhnya! Kami akan menguji kamu dengan sedikit perasaan takut (kepada musuh) dan (dengan merasai) kelaparan, dan (dengan berlakunya) kekurangan dari harta benda dan jiwa serta hasil tanaman. Dan berilah khabar gembira kepada orang-orang yang sabar (155) (Iaitu) orang-orang yang apabila mereka ditimpa oleh sesuatu kesusahan, mereka berkata: "Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali." (156)

Dalam kitab tafsir menerangkan bahwa Allah akan menguji kaum Muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.

Ayat selanjutnya, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW agar memberitahukan ciri-ciri orang-orang yang mendapat kabar gembira yaitu orang yang sabar apabila mereka ditimpa sesuatu musibah mereka mengucapkan: Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).[4]

            Dengan ini, bencana bukanlah kenyataannya 100% musibah atau malapetaka yang bersifat negative semata. Tetapi bencana disini adalah sebagai ujian untuk orang-orang mu’min. Untuk meningkatkan lagi ketaqwaannya kepada Allah SWT. Yang mana nantinya setelah ada kesusahan pasti ada kesenangan dengan datangnya kabar gembira. Dijelaskan ciri-ciri orang yang mendapat kabar gembira adalah orang-orang yang sabar apabila ditimpa musibah.


Musibah sebagai peringatan agar kembali kepada kebenaran

(Ayat Qur’an)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (167) Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). (168)

Ayat di atas ditafsirkan bahwa Nabi Muhammad dalam ayat ini diingatkan oleh Allah tentang pemberitahuan-Nya kepada orang-orang Yahudi, bahwa Dia akan mengirimkan manusia lain yang lebih perkasa dari mereka untuk menjajah dan menyiksa mereka. Mereka selalu akan hidup dalam kehinaan dan penderitaan sampai akhir zaman, disebabkan tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam sejarah telah terbukti dengan jelas ancaman Allah tersebut. Sesudah zaman Nabi Sulaiman, bangsa Yahudi diperangi oleh bangsa Babilonia di bawah raja Nebukadnezar, mereka hancur, laki-laki banyak yang dibunuh dan wanita-wanitanya banyak yang dijadikan hamba sahaya. Banyak pula diantara mereka yang dibawa ke Babilonia sebagai tawanan, sesudah itu mereka dijajah berganti-ganti oleh bermacam-macam kerajaan, karena itu mereka mengalami penderitaan berabad-abad lamanya akibat peperangan yang itdak henti-hentinya. Akhirnya mereka jatuh ke tangan bangsa Romawi sampai Nabi Isa. Zaman Romawi Kristen mereka tidak mempunyai kekuasaan lagi, bahkan mereka diusir dari negeri mereka dan terpencar-pencar di beberapa negeri Sebagian mereka melarikan diri ke Jazirah Arab. Tinggallah mereka di daerah ini memusuhi Nabi Muhammad. Padahal beliau telah memberikan kebebasan kepada mereka hidup di daerah Islam berdasarkan perjanjian dengan mereka. Karena sikap permusuhan dan pengkhianatan mereka, terpaksa kaum Muslimin mengusir mereka dari daerah Islam. Ada pula di antara mereka yang dibunuh atau terbunuh karena berpihak kepada kaum musyrikin waktu peperangan (perang Ahzab).
           
Pada abad ke-20, mereka mengalami penderitaan yang tak terperikan. Dalam perang dunia kedua yang lalu, banyak orang Yahudi menjadi korban kekuasaan Nazi Jerman. Di Amerika, di eropa dan di Rusia, dewasa ini mereka masih banyak mengalami penghinaan. Meskipun orang Yahudi sekarang sudah mempunyai tanah air (Israel) namun mereka tetap dalam penderitaan, karena sikap mereka juga, diseabkan umat manusia di dunia ini, terutama umat Islam memusuhi mereka. Negara Israel itu dibentuk dengan mengusir rakyat Palestina yang menjadi penduduk asli Negara tersebut. Demikianlah nasib bangsa Yahudi itu. Sesungguhnya hukum Allah berlaku terhadap umat yang mendurhakai perintah-perintah-Nya dan membuat onar. Tetapi pengampunan dan kasih saying Allah sangatlah besar dan luas bagi mereka yang taubat dari dosanya, kembali ke jalan Allah dengan penuh kesadaran dan dengan jalan mengadakan perbaikan. Allah pasti menghapus penderitaan mereka.

Selanjutnya ayat ke-168, dalam ayat ini Allah menguraikan siksaan dan penderitaan mereka yakni mereka dicerai-beraikan di atas bumi ini satu golongan berada di suatu daerah sedang golongan yang lain berda di daerah lain. Sebagian mereka ada yang menjadi orang-orang yang selalu mengadakan perbaikan dan beriman kepada Nabi-Nabi, tetapi ada pula yang benar-benar tenggelam dalam kekafiran dan kefasikan hingga membunuh Nabi-Nabi, memutar balikkan isi Kitab Taurat dan memusuhi Nabi Muhammad. Untuk membuat mereka sadar, mereka diuji dengan kesenangan dan penderitaan silih berganti, tetapi tidak membuat mereka jera. Mereka yang baik diberi anugerah kebaikan dan kebahagiaan. Mereka yang durhaka diturunkan bencana kesengsaraan. Semuanya itu cobaan bagi mereka agar mereka kembali ke jalan yang benar.[5]
           
            Musibah yang terjadi pasti ada sebabnya. Allah tidak pernah mengadakan sesuatu itu jika itu sia-sia. Beberapa musibah yang diturunkan oleh Allah SWT bertujuan untuk memberi peringatan kepada manusia-manusia yang lalai, ingkar, tidak tahu bahkan terlupa. Inilah tanda kasih-sayang Allah kepada hambanya walaupun hambanya sering melakukan salah dan dosa. Allah mengirimkan bencana agar mereka teringat dan kembali kepada jalan yang lurus. Bencana juga menjadi peringatan atau teguran atas apa yang kita lakukan bahwa apa yang kita lakukan itu salah dan dosa.


Bencana alam disebabkan oleh "perbuatan tangan mereka sendiri"

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِير ٍ(الشوري :30)
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).

Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa apa yang menimpa manusia di dunia berupa bencana maupun penyakit dan lain lain tidak lain adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri, hal ini diperjelas dengan sabda Nabi SAW:

مَا يُصِيْبُ المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَاوَصَبٍ وَ لاَهَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذَي وَلاَ غَمٍّ حَتَي الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا اِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ (رواه البخاري)
Tidaklah suatu keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, kedzaliman, kesempitan, bahkan sepotong duripun yang menusuk seorang muslim, melainkan dengan hal itu Allah menghapus dosa-dosanya (Riwayat al-Bukhari)

Datangnya penyakit atau musibah tidak hanya disebabkan oleh manusia itu sendiri atas perbuatan yang mereka lakukan, tetapi disisi lain penyakit atau musibah itu dapat menghapus dosa seperti yang dikatakan nabi pada hadist diatas tergantung manusia itu sendiri menyingkapinya apakah dengan bersabar atau berputus asa. Hadist diatas menegaskan bahwasannya bencana maupun musibah yang didatangkan Allah yang biasanya manusia artikan sebagai peringatan dariNya dapat menghapus dosa–dosa yang manusia lakukan. Ayat ini pun berlaku bagi semua golongan umat manusia tidak terkecuali hewan melata sekalipun hal ini diperjelas dengan ayat lain dalam Al-Quran yang artinya “Dan sekiranya Allah menghukum manusia disebabkan apa yang telah mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan menyisakan satu pun makhluk bergerak yang bernyawa dimuka bumi ini, tetapi Dia menangguhkan (hukuman)nya, sampai waktu yang ditentukan.(Fatir/35:45).[6]

            Kejadian bencana ataupun musibah yang berlaku di dunia ini, berpunca dari manusia itu sendiri. Allah tidak pernah zalim terhadap hambanya. Pasti Allah mempunyai alasan kenapa Dia menurunkan bencana. Bisa dikatakan bahwa kejadian bencana itu pasti ada ulah manusia didalamnya dan Allah mengizinkan akan hal itu untuk terjadi. Bencana juga merupakan hukuman buat manusia yang berdosa. Allah menghukum manusia di dunia agar manusia nanti tidak di hukum lagi di akhirat. Penghapusan dosa oleh Allah di dunia untuk hamba-hambanya menandakan bahwa Allah tidak ingin hambanya ramai yang masuk neraka dan menerima azab yang pedih.


Penutup

            Kehidupan didunia ini pasti tidak terlepas dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan manusia itu sendiri. Karena dunia ini adalah sementara dan hanyalah tempat untuk menguji manusia, manusia manakah yang yang lebih baik ketaqwaannya kepada Allah SWT. Allah mengadakan bencana itu untuk memperingati dan menghapuskan dosa manusia. Sesungguhnya sangat banyak manusia yang lalai pada zaman ini,
           



[1] http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana
[2] http://www.bnpb.go.id/pengetahuan-bencana/definisi-dan-jenis-bencana
[3] Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jilid 7, Hal 401- 403.
[4] Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid 1, hal 232-233
[5] Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jilid III, hal 516-517
[6] Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jilid 9, hal 59 – 61 .

No comments:

Post a Comment